Sekali lagi aku berdiri disini. Di tempat yang dulu kita biasa bersama. Menatap wajah satu sama lain. Aku masih ingat wajah pucat pasimu yang yang membuatku ketakutan saat pertama kali aku melihatmu. Tapi kini, aku ingin menatap wajah itu. Wajah yang dingin, tapi tetap bisa menenangkan hatiku.
Kamu bagaikan daun kering di musim gugur. Berterbangan, entah dimana kini tempatmu.
Sejak kepergianmu, sepi selalu melanda hati dan pikiranku. Aku seringkali meng andai-andai bahwa kau akan datang kembali. Dengan cara yang sama, saat pertama kali.
Sejak kepergianmu, aku juga sering berbicara dengan angin. Berharap ia akan mengerti perasaanku dan menyampaikannya kepadamu.
Namun, apakah itu mungkin?
Tapi bukankah kau sama seperti angin? Tak terlihat? Meski dulu hanya aku yang bisa melihatmu.
Tapi kini, kau telah benar-benar tak bisa dilihat. Kau benar-benar telah menghilang.
Ditempat ini, kau mengatakannya, bukan? Bahwa kau akan selalu bersamaku? Dan akan muncul secara tiba-tiba jika aku kesulitan dan tidak ada satu orangpun yang dapat menolongku?
Bolehkah, aku menangisimu sekali lagi? Tapi, kumohon, bisakah kau datang lagi untuk mengusap air mataku? Aku merindukanmu. Sangat.
Taukah kamu? Bahkan saat aku menuliskan kalimat-kalimat ini, pun, angin tak hentinya berhembus melewati telingaku. Mereka seakan hendak merasuk kedalam tubuhku.
Satu yang masih ku percaya, hingga kini, kau masih menjagaku. Aku tau itu. Aku dapat merasakannya.
Namun, aku membutuhkanmu. Jiwaku lemah tanpa adanya kau didekatku.
Kamu bagaikan daun kering di musim gugur. Berterbangan, entah dimana kini tempatmu.
Sejak kepergianmu, sepi selalu melanda hati dan pikiranku. Aku seringkali meng andai-andai bahwa kau akan datang kembali. Dengan cara yang sama, saat pertama kali.
Sejak kepergianmu, aku juga sering berbicara dengan angin. Berharap ia akan mengerti perasaanku dan menyampaikannya kepadamu.
Namun, apakah itu mungkin?
Tapi bukankah kau sama seperti angin? Tak terlihat? Meski dulu hanya aku yang bisa melihatmu.
Tapi kini, kau telah benar-benar tak bisa dilihat. Kau benar-benar telah menghilang.
Ditempat ini, kau mengatakannya, bukan? Bahwa kau akan selalu bersamaku? Dan akan muncul secara tiba-tiba jika aku kesulitan dan tidak ada satu orangpun yang dapat menolongku?
Bolehkah, aku menangisimu sekali lagi? Tapi, kumohon, bisakah kau datang lagi untuk mengusap air mataku? Aku merindukanmu. Sangat.
Taukah kamu? Bahkan saat aku menuliskan kalimat-kalimat ini, pun, angin tak hentinya berhembus melewati telingaku. Mereka seakan hendak merasuk kedalam tubuhku.
Satu yang masih ku percaya, hingga kini, kau masih menjagaku. Aku tau itu. Aku dapat merasakannya.
Namun, aku membutuhkanmu. Jiwaku lemah tanpa adanya kau didekatku.
Komentar