Hai,
Ketika kamu membaca tulisan ini, mungkin sudah tidak ada lagi kata "kita" antara kamu dan aku. Walau sebenarnya mungkin memang tidak pernah ada.
Aku ingin mengucapkan terima kasih karena kamu pernah menjadi pendengar setiaku tatkala gemuruh riuh membuat bising dalam kepalaku.
Terima kasih juga karena kamu pernah menjadi orang yang paling antusias membaca tulisan-tulisanku yang isinya hanya kalimat-kalimat kesedihan yang ada dalam diriku.
Tahukah kamu?
Bahkan hanya dengan mendengar suaramu walau dari perantara ponsel pun, sudah cukup merubah suasana hatiku yang mendung menjadi cerah kembali.
Walau tentu saja masih dengan logat daerahmu yang masih kental itu. Tak apa, aku justru menyukainya.
Aku bahkan ingin selalu mendengarnya.
Bolehkah aku rindu pesan singkat darimu?
Bahkan beberapa waktu lalu, aku dan kamu seperti dua orang yang saling merindu karena tidak bisa bertemu.
Begitu banyak kalimat rindu yang masih kusimpan dalam riwayat pesanku, juga kalimat penyemangat yang sangat berarti untukku.
Padahal aku tau bahwa kamu akan pergi, seperti yang dilakukan semua orang kepadaku.
Kamu dan mereka semua pergi setelah mengetahui betapa hancurnya hidup yang sebenarnya aku jalani.
Tak apa, kamu berhak menentukan sendiri setiap keputusan yang kau ambil.
Aku tidak akan menyalahkan siapapun tentang keputusasaan-ku, kesedihanku, bahkan kehancuranku ini.
Aku bahkan tidak akan menyalahkan-Nya karena telah membuat skenario hidupku yang pedih ini.
Namun, apakah aku tidak layak dicintai?
Benarkah aku tidak pantas lagi untuk dicintai oleh siapapun? Bahkan diriku sendiri.
Sulitkah mencintai orang sepertiku?
Yang bahkan kebingungan dalam menentukan arah kemana aku akan menuju?
Salahkah aku jika ingin dicintai? Tanpa paksaan, tanpa kasihan, tanpa melihat sehancur apa diriku?
Bodoh, ya?
Tidak seharusnya aku bertanya tentang takdir manusia kepada manusia lain.
Sesingkat itu ya, kamu membersamaiku?
Ku pikir cerita ini akan berlangsung sedikit lebih lama lagi, agar aku bisa menulis tentangmu lebih banyak lagi.
Namun, ternyata tulisan pertama tentangmu isinya sama seperti ceritaku sebelumnya, tentang luka yang bahkan belum pernah sembuh namun aku malah jatuh lagi.
Hingga akhirnya lukaku semakin lebar, semakin sakit sampai aku tidak bisa berhenti menangis.
Komentar