Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari November, 2016

Tentangmu dan 'RINDU'

Tak kan pernah habis kata untuk mengungkapkan rindu yang telah menyelimuti hatiku. Aku ingin bersamamu. Memandangi wajahmu yang menjengkelkan tapi menggemaskan hingga rasanya ingin sekali aku mencakarnya, membuat segores dua gores luka dengan jariku yang sebenarnya tak berkuku. Melihat tingkah mu yang sebenarnya selalu membuatku kesal. Namun itu lah salah satu hal yang ku rindukan darimu. Kamu memang sangat jauh dari kata 'sempurna', tapi bagiku, selama kamu bersamaku, kamu adalah sosok yang lebih dari sempurna itu. Bagaimana tidak? Kamu selalu ada untukku, melukis senyum di wajahku, menjadikanku orang yang paling bahagia. Dan, membuatku rindu.

Apalah Dayaku

Aku mencarimu dibawah langit senja yang mulai tampak temaram. Aku berputar, mencarimu dari berbagai sudut. Menyusuri jalan yang pernah kau telusuri. Berharap akan menemukanmu di sisi jalan itu atau di ujung jalan yang entah akan membawaku kemana. Meskipun ku harap jalan itu akan membawaku padamu. Bayangmu terus merasuki fikiranku. Aku selalu memanggilmu setiap waktu, di dalam hatiku. Dapatkah kau mendengarnya?

Tentang rindu

Cahaya mentari yang menyelinap masuk melalui celah-celah jendela kamarku membuatku harus terbangun dari mimpiku. Ya, mimpi tentangmu. Apa kabar dirimu yang jauh? Ingat kah kau padaku? Masih bisakah aku mampir di mimpimu hanya untuk sekedar mengingatkan mu bahwa dulu, aku pernah bersamamu. Sebelum kau pergi.

Untukmu, Yang Tak Lagi Terlihat

Sekali lagi aku berdiri disini. Di tempat yang dulu kita biasa bersama. Menatap wajah satu sama lain. Aku masih ingat wajah pucat pasimu yang yang membuatku ketakutan saat pertama kali aku melihatmu. Tapi kini, aku ingin menatap wajah itu. Wajah yang dingin, tapi tetap bisa menenangkan hatiku. Kamu bagaikan daun kering di musim gugur. Berterbangan, entah dimana kini tempatmu. Sejak kepergianmu, sepi selalu melanda hati dan pikiranku. Aku seringkali meng andai-andai bahwa kau akan datang kembali. Dengan cara yang sama, saat pertama kali. Sejak kepergianmu, aku juga sering berbicara dengan angin. Berharap ia akan mengerti perasaanku dan menyampaikannya kepadamu. Namun, apakah itu mungkin? Tapi bukankah kau sama seperti angin? Tak terlihat? Meski dulu hanya aku yang bisa melihatmu. Tapi kini, kau telah benar-benar tak bisa dilihat. Kau benar-benar telah menghilang. Ditempat ini, kau mengatakannya, bukan? Bahwa kau akan selalu bersamaku? Dan akan muncul secara tiba-tiba jika aku kes...

Hanya dalam Imajinasiku

Apalah daya ku yang hanya bisa menunggu dia kembali dengan senyumnya yang lama tak ku lihat. Berharap suatu saat dia akan kembali, berjalan menuju tempat ku berdiri lalu mendekap erat tubuh ini dengan sayang. Aku hanya ingin bersamanya. salahkah? Bahkan jika ternyata dia sama sekali tak menginginkanku, aku ingin tetap berada disisinya. bolehkah? Aku tidak peduli seberapa lama nya penantian. Aku tidak peduli bila akhirnya, yang ku dapat hanyalah luka. Karena yang ku tau, dia adalah orang baik yang mau mengajariku betapa sabar itu indah, tapi juga sakit. Kamu adalah ekspektasiku. bagian dari angan-anganku. karena pada dasarnya, aku bisa memilikimu hanya didalam imajinasiku.

Jalan mana yang harus ku lalui?

Yang pasti aku mencintaimu. Dan kau tau itu. Meskipun aku tidak pernah tau apakah kau merasakan hal yang sama atau tidak. Aku mengerti, perasaanmu kepadaku, tak akan pernah bisa dipaksakan. Aku, mencoba mencari. Berusaha untuk tidak tetap tinggal ditempat dimana aku tidak pernah dibutuhkan, bahkan ditemukan. Dan kini, kutemukan seseorang. Entahlah, dia yang menemukanku, atau aku yang menemukannya. Ya, seseorang yang selalu menatapku tulus. Seseorang yang selalu tersenyum padaku. Senyumnya berhasil membuatku terkagum-kagum hanya dalam sekejap. Aku mengaguminya. Mengagumi caranya memperhatikanku, menjagaku, dan, Dia menyayangiku. Kini, kurasa aku mulai menyayanginya. Entahlah, aku tidak tau kemana perasaanku sebenarnya tertuju. Padamu yang tidak pernah menganggap keberadaanku, ataukah, seseorang baru? Aku terjebak. Terhimpit antara dua tanda panah. Kemana akan kuteruskan perjalananku?

Hanya itu

Semua rangkaian kata dan kalimat yang kutulis untukmu, pada dasarnya berasal dari hatiku. Jika ku tulis "aku menyayangimu" itu berarti ada ketulusan dihatiku. Sebab aku tak bertanya "apa kah kau juga menyayangiku?" Jika ku tulis "aku akan menunggumu" bahkan sampai aku mati dan kau tak kunjung datang juga, berarti aku mati bersama kesetiaanku. Hingga kini, tak juga aku berhasil menemukan alasan mengapa aku bisa merasakan rasa yang sangat hebat ini terhadapmu. Namun, bukankah cinta yang tulus adalah cinta yang tak memerlukan alasan? Rasa ini, yang sebelumnya tak pernah ku bayangkan. Rasa yang sebelumnya tak ingin kurasakan. Aku tidak memintamu untuk percaya. Aku hanya ingin kau tau. Itu saja :)

Beritahu 'DIA'

Beritahu dia, beritahu dia bahwa aku sudah lelah menantinya dalam lipatan waktu. aku telah berusaha menjaga hatiku, mempertahankan rasaku, memenjarakan rindu dihatiku, menunggunya yang tak kunjung dapat ku temu. Aku lelah berbicara tentang waktu. waktu yang telah lama bersahabat denganku. waktu yang selalu menemaniku selama penantianku. Entah karena ketulusan, keegoisan, atau memang karena kebodohan telah menguasai hatiku? Hingga aku tak tahu bahwa selama ini aku hanya menunggu sebuah balon kosong yang telah lepas melambung jauh ke angkasa. Mestinya aku tau ia takkan kembali lagi, tapi justru aku malah terus berdiri sambil mendongak ke langit yang luas, berharap balon yang kosong itu akan kembali lagi untukku. Aku telah menutup pintu hatiku rapat-rapat. tak seorang pun ku izinkan masuk. Karena seseorang pernah memintaku berjanji untuk selalu menjaga hatiku. Tahukah kamu bagaimana rasanya berjuang seorang diri? Saat kau tau dia memberikan harapan padamu dan membiarkanmu terus mencint...

Kamu dan Udara

Lihatlah langit sore hari, Teduh, bukan? Seteduh itu pula matamu Tatapan itu, masih jelas tergambar dalam imajinasiku. Kamu, Bagaikan angin yang selalu mampu membuatku goyah Kau datang. Lalu kau pergi. Dan kau datang lagi, namun aku tau, Kau akan pergi lagi. Datanglah. Dan, tinggal.. Jangan pergi. Jangan seperti angin lagi, Yang pergi, setelah selesai menyejukkan. Jadilah seperti udara, yang selalu ada karena kau tau, aku membutuhkanmu. Teman. Hanya itukah kau menganggapku? Tak adakah sedikit saja perasaanmu yang tersisa untukku? Kita tak bertemu. Bahkan tak saling bicara lagi. Namun aku mencintaimu. Dan ingatlah. Selalu.